Jumat, 13 Januari 2012

Menjadi Sederhana

Saya memiliki seorang sahabat
dekat, “Akang” biasa saya
memanggilnya, karena dia
berasal salah satu wilayah di
Jawa Barat. Wajahnya khas
ketampanan pria-pria Sunda,
teduh dengan senyum manis
yang selalu tersungging. Kalau
bicara ramah meski tidak terlalu
lembut namun selalu menarik
untuk didengarkan, seorang
pemuda yang sederhana,
mungkin sangat sangat
sederhana [PSS Pemuda Sangat
Sederhana]. Iya sederhana
secara materi tapi hatinya
tidak sederhana, hatinya sangat
kaya, kaya raya dengan nilai nilai
kehidupan, yang sulit dimiliki
oleh anak anak pejabat yang
sering saya temui
Sahabat saya ini tinggal dirumah
yang sempit, rumah petak
istilahnya, digang yang sempit
pula, yang nyamuknya mungkin
lebih banyak dari jumlah
penghuninya, yang suara radio
tetangga terdengar kerumahnya
karena nempel, yang tak ber-
AC :) dan dirumah yang sempit
inilah sahabat saya menghidupi
Ayah dan Ibunya, menghidupi
seorang kakaknya dan seorang
keponakan anak adiknya yang
telah menjadi yatim karena Ayah
si kecil ini meninggal sewaktu ia
masih dalam kandungan, bisa
dibayangkan dengan gaji
dibawah 1,8 juta rupiah, ALLAH
menggantungkan dipundaknya 4
nyawa, eh 5 termasuk nyawa
sahabat saya, subhanallah…
ketika ALLAH menitipkan beban
maka ALLAH akan memenuhi.
Barakallah ya Kang
Dengan rumus matematika
apapun, dengan kalkulator
tercanggih sekalipun saya tidak
mampu menghitung bagaimana
uang yang hanya segitu mampu
menafkahi semua orang
dirumahnya tanpa kekurangan,
jika sahabat saya yang anak
pejabat makan 3x sehari, sahabat
saya ini juga makan 3x sehari.
Jika sahabat saya yang pilot
pulang membawakan coklat
untuk saya, sahabat saya inipun
membawakan coklat untuk sang
keponakan kecilnya, jadi saya
simpulkan bahwa rejeki itu
bukan banyaknya, tapi seberapa
berkah yang ALLAH titipkan.
Ada dua hal yang saya pelajari
mengapa ALLAH sangat
mencintai sahabat saya ini, [1]
karena sahabat saya ini sangat
ikhlas, ikhlas menerima semua
yang diletakan ALLAH
dipundaknya, saya bahkan tidak
pernah mendengarnya
mengeluh, hidupnya selalu
bahagia, berkecukupan boleh
dibilang.
Dan ke [2] rasa syukur yang
melekat dalam kesehariaannya,
ia mensyukuri sedikit yang
diberikan ALLAH dan mensyukuri
apa apa yang tidak ALLAH
berikan untuknya, yang bukan
miliknya ini dianggapnya karena
sesuatu itu memang tak pantas
menjadi miliknya menurut ALLAH
dan ia ikhlas karena keputusan
ALLAH…
Dua kali melamar gadis, dua kali
pula ditolak orang tua sang gadis
dengan alasan tidak sepadan
secara ekonomi, anak orang
mau dikasih apa ah si
bapak lupa bahwa ALLAH akan
mencukupkan, meski tak
berlebihan, kan ALLAH memang
tidak suka yang berlebihan
bukan? dan sahabat saya
tidak marah bahkan ketika
hinaan demi hinaan dilontarkan
oleh Ayah si gadis pujaan hatinya
ini “tenang aja kang, suatu hari
akan datang perempuan pilihan
ALLAH yang kaya hatinya yang
akan mencintai akang dan
keluarga, apa adanya” la tahzan
*sok tahu nih saya, gak
tahu apa rasanya ditolak calon
mertua De* haih !!
Pesannya untuk saya yang selalu
saya ingat adalah ”De, ketika kita
ridho atas apa apa yang menjadi
keputusan ALLAH atas hidup
kita, maka ALLAH akan ridho
terhadap apa apa yang kita
miliki, ikhlas gak ikhlas kan
beginilah jalan hidup saya jadi
mending ikhlas agar ALLAH ridho
kan. Dan juga De, kalau kita
mensyukuri yang sedikit ini maka
ALLAH akan menambah nikmat,
mungkin uangnya ya segitu gitu
aja tapi nikmatnya akan
bertambah terus De, ALLAH
tidak pernah ingkar janji kan?”
Iya, sahabat saya ini benar
bahwa syukur akan menambah
nikmat ALLAH, mungkin mobil
kita dari tahun ke tahun gak
ganti tapi nikmatnya gak
berkurang, mungkin gaji kita
hanya segitu gitu aja tapi
nikmatnya bertambah, kemarin
uang segini hanya bisa beli
makanan, esok dengan uang
yang jumlahnya sama kita bisa
beli baju subhanallah.
Jadi, BERHENTILAH mengeluh,
bahagia itu bukan banyaknya
tapi nikmat yang dititipkan
ALLAH, kalau kita syukuri gaji
yang sedikit ini maka
nikmatnya akan ALLAH
tambah, ingat loh bukan
jumlah uangnya yang
bertambah tapi nikmatnya
Karena kalau kita ngeluh,
penatnya nambah, nikmatnya
gak nambah, rejeki yah segitu
segitu aja, jatuhnya jadi pengen
punya hutang untuk
menghentikan keluhan, gak
punya HP baru ngutang, kan
nambah beban kan. Dan kalau
gak punya pacar ya gak usah
ngeluh, kan ngeluh gak bikin kita
jadi punya pasangan kan?
mendingan disyukuri, dengan
sendiri kita terjaga dari dosa
dosa zina bukan? iya kan?
“fabiayyi ala i rabbikuma
tukadziban” Maka ni’mat
ALLAH yang manakah yang
sanggup kita dustakan?
sumber : http://
rinduku.wordpress.com
Sufizone & Hikamzone By
Pondok Pesantren Subulus
Salam :
www.ppsubulussalam.co.cc

Selasa, 10 Januari 2012

Bingung Gak?

Cinta Itu….
kalo cinta itu tanpa syarat, maka
janganlah berkata aku akan
mencintaimu bila kamu…
kalo cinta itu tanpa sebab, maka
janganlah berkata aku
mencintaimu karena kamu..
kalo cinta itu tanpa menuntut,
maka janganlah berkata aku
mencintaimu sehingga kamu
harus..
apakah cinta, dan siapakah
jodoh?
adakah cinta harus berjodoh,
dan haruskah jodoh dicintai?
apakah cinta adalah ayam dan
jodoh adalah telor?
manusia bilang dewasa bukanlah
karena waktu..
lalu, apakah rasa bisa karena
waktu ??
apakah jodoh bukanlah rasa?